Papua No. 1 News Portal | Jubi
Jayapura, Jubi – Kepala Dinas Perikanan Kota Jayapura, Matheys Sibi, mengatakan perlu diversifikasi atau peningkatan usaha nelayan tradisional di antaranya memaksimalkan hasil tangkapan ikan.
“Nelayan ada 12 ribu lebih di Kota Jayapura, dan 70 persen di antaranya adalah nelayan tradisional, baik menggunakan jaring maupun pancing,” ujar Sibi di Kantor Wali Kota Jayapura, Selasa (22/9/2020).
Dikatakan Sibi, diversifikasi nelayan tradisional perlu dilakukan agar nelayan mampu menjadi produsen atau pemasok ikan, baik di wilayah Papua maupun luar Papua. Namun perlu ketekunan dan kerja keras karena nelayan tradisional membutuhkan pendampingan manajemen sehingga meningkatkan kinerja di sektor kalautan dan perikanan.
“Sejumlah aspek seperti peralatan hingga bantuan modal terus kami seriusi. Hal ini agar memudahkan nelayan dalam menjalankan pekerjaannya di laut untuk memenuhi kebutuhan dalam keluarga, dan juga menjadi pemasok ikan yang handal,” ujar Sibi.
Baca juga: Sertifikasi usaha perikanan untuk tingkatkan daya saing
Menurut Sibi, melalui diversifikasi nelayan akan menjadi kunci untuk mewujudkan keberhasilan pembangunan perikanan tangkap, dalam hal ini para nelayan tradisional yang tersebar di pesisir pantai di Kota Jayapura.
“Divertifikasi ini juga sebenarnya untuk meningkatkan motivasi, inovasi, keterampilan, kompetensi, dan manajemen usaha penangkapan ikan. Bantuan dan pelatihan hingga pendampingan terus kami lakukan,” ujar Sibi.
Sebelumnya, Wakil Wali Kota Jayapura, Rustan Saru, mengatakan keberadaan nelayan sangat penting karena sebagai pemasok komoditas perikanan untuk kebutuhan warga.
“Saya pikir upaya diversifikasi ini sangat penting agar nelayan tetap melakukan pekerjaanya dengan baik dan sukses. Saya berharap nelayan bisa membuka usaha yang berdampak pada berkurangnya angka pengangguran,” ujar Rustan.
Rustan mengingatkan Dinas Perikanan Kota Jayapura agar terus melakukan pembinaan kepada nelayan sehingga mereka memiliki daya saing dan menjadi sejahtera sekaligus meningkatkan usaha perikanan. (*)
Editor: Dewi Wulandari