Pengosongan asrama dan rusunawa Uncen libatkan polisi, tentara, dan Satpol PP

Pengosongan Asrama Uncen, Papua
Aparat keamanan melakukan penertiban dan pengosongan asrama unit 1 sampai 6 dan rusunawa Universitas Cenderawasih, Jumat (21/5/2021). - Jubi/Theo Kelen

Papua No. 1 News Portal | Jubi

Jayapura, Jubi – Pengosongan asrama dan rusunawa Universitas Cenderawasih di Perumnas 3 Waena, Kota Jayapura, Papua, pada Jumat (21/5/2021) melibatkan aparat gabungan, termasuk polisi, prajurit TNI, dan Satuan Polisi Pamong Praja Provinsi Papua. Kepala Kepolisian Resor Kota Jayapura, Komisaris Besar Gustaf R Urbinas selaku Koordinator Pelaksana Penertiban menyatakan pengosongan asrama dan rusunawa itu merupakan permintaan Rektor Universitas Cenderawasih.

Jumlah aparat gabungan yang terlibat dalam penertiban asrama dan rusunawa Universitas Cenderawasih (Uncen) itu mencapai 800 orang. “Itu kekuatan yang hari ini kita turunkan, sebagaimana permintaan bantuan dari Rektor Uncen kepada Kapolda Papua, untuk penertiban dan pengosongan Rusunawa Gedung A dan B, asrama Unit 1 sampai dengan 6,” kata Urbinas.

Read More

Menurutnya, banyak penghuni rusunawa dan asrama Uncen itu sudah tinggal selama bertahun-tahun, dan banyak yang tidak berstatus mahasiswa. “Sekarang ini [ada] yang bertahun-tahun tinggal disini. Ada ibu rumah tangga yang tinggal dari 2015. Ada juga anak kecil,” ujar Urbinas.

Menurutnya, pengosongan asrama dan rusunawa Uncen itu dilakukan untuk merenovasi dan menata ulang fasilitas yang diperuntukkan bagi para mahasiswa Uncen itu. “Kami mengedepankan prinsip komunikasi. Kami transparan, masuk, kasih tahu mereka, biar mereka siap dan sadar. Yang sudah sadar itu sudah angkat kaki duluan. Yang kurang sadar, itu yang tinggal sampai hari ini. Tidak ada alasan, semuanya hari ini harus bersih, dan semua pagar akan dilas mati,” katanya.

Urbinas menyatakan para penghuni asrama dan rusunawa yang masih berstatus mahasiswa Uncen akan direlokasi ke tempat yang telah disiapkan Uncen. Sementara para penghuni yang tidak berstatus mahasiswa Uncen dipersilahkan mencari tempat tinggal sendiri.

“Penghuni liar wajib meninggalkan tempat ini, dan tidak akan fasilitas apapun, karena tidak ada kewajiban Uncen maupun pemerintah mengurus mereka yang secara liar tinggal di sini. Hal itu bukan urusan Uncen, karena mereka yang bukan mahasiswa Uncen seharusnya tidak tinggal di sini.  Yang mahasiswa Uncen pun diminta untuk keluar untuk penataan ulang tempat ini,” ujar Urbinas.

Baca juga: LBH Papua sarankan Rektor musyawarah dengan penghuni asrama Uncen yang direlokasi

Dalam pengosongan asrama dan rusunawa Uncen itu, tim gabungan mengamankan 18 unit motor curian serta sejumlah senjata tajam seperti parang, busur, dan anak panah. “Itu yang kami temukan hari ini. Saya harap hari ini menjadi akhir tempat itu digunakan sebagai tempat yang negatif. Selama ini, saya sendiri sudah mengambil lebih dari 200 motor curian di sini,” kata Urbinas.

Kata Urbinas setelah penertiban dan pengosongan apabila masih ada yang memasuki asrama akan ditangakap. Ia juga berharap pemerintah provinsi, daerah maupun kota memperhatikan asetnya. Sehingga tidak dijadikan tempat tinggal liar dan sarang untuk menyimpan hasil-hasil kriminal.

Ia mengingatkan, setiap orang yang memasuki asrama maupun rusunawa pasca pengosongan pada Jumat akan ditangkap. “Kami tetap konsisten membersihkan kota ini, supaya yang tinggal di sini tertib. Mudah-mudahan tempat ini ke depannya menjadi tempat yang eksklusif bagi mahasiswa, layaknya asrama mahasiswa begitu ya,” ujarnya.

Ketua Asrama Unit 1 Uncen, Depanus Siep mengatakan pihaknya diberitahu rencana pengosongan asrama itu melalui surat. Ia menyatakan seharusnya rencana pengosongan asrama itu dimusyawarahkan antara pihak Uncen dan para penghuni asrama atau orangtua mahasiswa.

“Kita maunya Rektor musyawarah bersama sebagian orangtua dan anak begitu. Nanti kami [bicarakan] bagaimana kami akan keluar, [dan bagaimana] dia siapkan tempat untuk kami akan tinggal sementara waktu. Rektor cuma kasih surat imbauan, terus tiba-tiba datang dengan aparat kasih keluar kami,” katanya.

Siep juga mengatakan penertiban dan pengosongan asrama dilakukan secara paksa dengan memakai kekuatan aparat.”Tadi jam 8 pagi mereka mau masuk. Kami tolak karena [kami] belum musyawarah bersama Rektor. Tapi dong langsung masuk dengan militer, pakai kekerasan, main dorong dan tendang-tendang pintu, terus suruh kami menyimpan barang untuk keluar,” ujarnya.

Siep menyatakan ia dan teman-temannya akan menumpang tinggal di Gedung Keluarga Besar Mahasiswa (Kabesma) Uncen. Ia berharap Rektor Uncen menepati janji untuk mencarikan tempat tinggal sementara bagi mahasiswa yang diminta meninggalkan asrama dan rusunawa Uncen.

“Kami sekarang ini tidak ada tempat tinggal, [padahal] kita datang dari berbagai kampung, dan ekonomi orangtua kami lemah. Makanya kami numpang titip barang, lalu kami semua bikin pos di Kabesma,” kata mahasiswa semester 4 Fakultas Teknik Uncen tersebut. (*)

Editor: Aryo Wisanggeni G

Related posts

Leave a Reply