Papua No. 1 News Portal | Jubi
Jayapura, Jubi – Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Jayapura, minta masyarakat agar tidak melakukan pengrusakan hutan khususnya yang berada di area pipa transmisi Kojabu di hutan Kotaraja, karena berdampak pada penyaluran air bila terjadi gangguan.
“Pohon-pohon untuk penyangga pipa transmisi yang 450-500 mm atau 18-20 inci terganggu akibat mengalami pergeseran tanah akibat kegiatan masyarakat di area tersebut,” ujar Direktur Utama PDAM Jayapura, Entis Sutisna, di Taman Trisila Angkatan Laut Lantamal X Jayapura, Papua, Senin (7/3/2022).
Dikatakan Entis, hal itu dilakukan agar air yang melalui pipa tersebut bisa mengalir tanpa kendala ke rumah-rumah warga. Jalur pipa Kojabu sering terjadi gangguan adanya kerusakan di sekitar pegunungan yang berada di jalan alternatif.
“Sudah bisa beroperasi kembali setelah penanganan selama empat hari. Kami merelokasi empat batang pipa. Sebagai langkah strategis harus dilakukan jangka panjang, namun membutuhkan dana yang cukup tinggi. Sementara ini masih menggunakan penyangga,” ujar Entis.
Dikatakan Entis, pipa Kojabu merupakan jalur utama transmisi air yang membentang dari Kampwolker hingga Pasir II Jayapura, namun rusak karena pipa mengalami erosi akibat tergerus tanah yang labil karena tak memiliki penyangga.
“Kami mohon maaf karena selama satu bulan terjadi gangguan atau kerusakan selama tiga kali, yang disebabkan oleh faktor alam [curah hujan tinggi] yang mengakibatkan tanah terjadi erosi. Ada 30 persen atau 9 ribu pelanggan PDAM Jayapura tidak teraliri air selama empat hari,” ujar Entis.
Dikatakan Entis, membutuhkan keterpaduan dari seluruh stakeholder seperti pemerintah daerah dan legislatif untuk membuat perda (peraturan daerah) penegakan yang bisa menindak warga yang melakukan pengurusakan baik di area sumber air dan jalur pipa, karena memberikan dampak terhadap efek pelayanan pelayanan PDAM Jayapura.
“Perlu juga solusi sosial, karena ada aktivitas ekonomi yang dilakukan warga di jalan alternatif. Perlu upaya dari pemerintah atau solusi agar tidak mematikan perekonomian warga setempat, misalnya aktivitas peladangan diganti dengan aktivitas lainnya,” ujar Entis.
Baca juga: Rehabilitasi hutan untuk menjaga keberlangsungan sumber air
Wali Kota Jayapura, Benhur Tomi Mano mengatakan, hutan yang rusak akibat penebangan pohon secara liar dapat menyebabkan banjir dan tanah longsor, karena air yang mengalir tidak memiliki penyangga.
“Cintailah alam dan lingkunganmu maka alam supaya dihindarkan dari bencana yang dapat membuat hilangnya harta benda dan menyebkan korban jiwa. Ini harus menjadi perhatian kita semua,” ujar Tomi Mano.

Dikatakan Tomi Mano, pohon-pohon yang berada di lereng gunung dan bukit bertujuan sebagai penyangga sekaligus sebagai penampung air agar tidak terjadi kekeringan saat musim kemarau.
“Hutan sangat penting dan harus dilindungi. Saya harap warga tidak lagi melakukan pengrusakan hutan demi kepentingan diri sendiri, tapi dampaknya bisa dirasakan semua orang. Jagalah hutan, jagalah lingkungan kita, jagalah sumber air sebagai sumber kehidupan,” ujar Tomi Mano. (*)
Editor: Dewi Wulandari