Papua No. 1 News Portal | Jubi
Jayapura, Jubi- Papua dan Papua Barat masih belum tersentuh oleh banyak oleh penelitian di bidang arkeologi. Terkait hal itu, Balai Arkeologi Propinsi Papua telah menurunkan beberapa anggota untuk melakukan riset arkeologis.
Riset itu dilakukan di daerah Teluk Berau Kabupaten Fak-fak, Benteng Fort du Bus di Kabupaten Kaimana, Gua Prasejarah Goa Yahoto, Gua Beanembala Naguhi 1 dan Beanembala Naguhi 2 Kabupaten Keerom. Serta situs Gunung Srobu Kota Jayapura, penutur Austroenesia di kabupaten nabire, jejak hunian awal prasejarah di Danau Sentani dan jejak budaya penutur Austonesia di kabupaten Raja Ampat.
Hasil riset itu dipaparkan pada 11-12 Desember 2018 di salah satu hotel di Kota Jayapura.
Klementin Fairyo, ketua tim peneliti situs gua prasejarah Keerom dalam materinya menjelaskan tujuan utama risetnya adalah untuk mengetahui dan fungsi gua berdasarkan temuan budaya. Dan mengetahui karakter budaya masyarakat yang beerada di berbatasan Indonesia dan PNG.
“ Di perbatasan antara Papua dan PNG banyak sekali keberadaan gua dan perlu untuk dilakukan penelusuran lebih lanjut” Rabu (12/12/2018) di Jayapura.
Ketua tim idendifikasi jejak hunian awal prasejarah di kawasan Danau Sentani, Hari Suroto, menjelaskan danau Sentani menghasilkan sumber makanan serta merupakan sumber air bersih bagi masyarakat yang berada di pesisir.
Kepala Balai Arkelogi Papua Drs Gusti Made Sudarmika menambahkan Papua itu sama dengan seorang perawan yang belum tersentuh oleh manusia. Dan Arkeolog Papua perlu meriset lebih jauh wilayah itu.
“Dan prioritas bukan hanya dilakukan di pesisir pantai tetapi sudah di lakukan di daerah pegunungan tepatnya di Lembah Baliem Wamena,” katanya.(*)