Papua No. 1 News Portal | Jubi

Jubi, Jayapura – Selama ini orang berpikir bahwa Puncak Carstensz atau Cartensz Pyramid dan Puncak Jaya di Papua adalah tempat yang sama. Tenyata, dua puncak tertinggi di Indonesia ini adalah dua tempat berbeda.

Puncak Carstensz Pyramid yang masuk dalam jajaran tujuh gunung tertinggi di lima benua, memiliki ketinggian 4884 meter di atas permukaan laut. Puncak Carstensz termasuk salah satu puncak yang diburu para pendaki. Sedangkan Puncak Jaya, memiliki daya tariknya sendiri, yaitu salju abadi.

Seperti dijelaskan seorang pemandu gunung profesional, Rahman Mukhlis, kepada Tempo.co, kedua puncak tersebut berada pada satu kawasan yang sama, Pegunungan Sudirman-Papua. Untuk sampai ke kedua puncak tersebut, pendaki harus menuju Base Camp Danau-danau.

“Dari Base Camp Danau-danau, pendaki bisa memilih tujuannya, mendaki Carstensz Pyramid, atau Puncak Jaya,” kata Rahman.

Baca juga: Trivia : Tahukah anda 10 fakta Puncak Cartenz ini?

Rahman sudah tiga kali berkesempatan menapaki Puncak Carstensz dan sekali mendaki Puncak Jaya. Berdasarkan pengalamannya tersebut, dia menjelaskan perbedaan mendasar yang perlu diketahui pendaki mengenai kedua puncak tersebut, antara lain:

Karakteristik

Dua puncak ini memiliki karakeristik berbeda. Puncak Carstenz adalah tebing berbatu setinggi sekitar 600 meter sementara Puncak Jaya adalah hamparan luas bersalju. Terdapat glasier yang menyelimuti permukaan tanah.

“Puncak Carstenz sempit seperti puncak tebing, kanan kirinya jurang terjal. Di Puncak Jaya ada salju abadi, kalau di Carstenz tidak ada,” kata pria yang juga anggota Kelompok Mahasiswa Pecinta Alam (KMPA) Eka Citra UNJ ini.

Teknik pendakian

Karakteristik yang berbeda menbuat teknik pendakian dua puncak ini juga berbeda. Puncak Carstensz yang merupakan tebing berbatu memerlukan beberapa teknik pemanjatan seperti ascending, teknik untuk naik menggunakan tali, dan descending, teknik untuk turun menggunakan tali. Jurang-jurang yang terjal pun harus diseberangi dengan teknik khusus.

“Untuk menyeberangi jurang, bisa pakai teknik tyroleans (penyebrangan horizontal dengan tali), tapi sejak 2015, sudah tersedia Burma Bridge buat melintas jurang,” kata Rahman.

Sementara pendakian di Puncak Jaya lebih mengutamakan teknik trekking atau berjalan. Teknik berjalan seperti moving together adalah metode yang paling tepat untuk menuju Puncak Jaya karena permukaan glasier yang terapat.

“Jalannya menggunakan teknik moving together, setiap pendaki terhubung dengan pendaki lainnya dengan tali karmantel yang dikaitkan ke harnest masing-masing,” kata Rahman.

Moving together bertujuan menjaga langkah antar pendaki. Ketika ada salah seorang pendaki tergelincir, pendaki itu akan tertahan karena dirinya terhubung dengan pendaki lain.

Peralatan pendakian

Perbedaan teknik pendakian yang yang diperlukan untuk mendaki Puncak Carstensz dan Puncak Jaya, membuat peralatan yang diperlukan pun berbeda.

“Untuk melewati glasier di Puncak Jaya, biasanya setiap pendaki pakai crampon (alas sepatu bergerigi), dan kapak es,” kata Rahman.

Sedangkan pada pendakian Puncak Carstensz, karena tekniknya pemanjatan tebing batu, cukup menggunakan peralatan ascenderdescender, dan peralatan pendukung pemanjatan lainnya

Menurut laki-laki yang pertama kali mendaki Puncak Carstenz pada tahun 2012 ini, pendakian Carstenz lebih berat jika dibanding Puncak Jaya. Namun kedua puncak ini memiliki beberapa tantangan yang sama, yakni kabut, salju, dan penyakit ketinggian. (*)

Editor: Dewi Wulandari

Leave a Reply