Papua No. 1 News Portal | Jubi
Jayapura, Jubi – Harga jual sembilan bahan pokok (sembako) di Kota Jayapura, Provinsi Papua, mengalami meningkatkan drastis sebesar 10 persen di pasar tradisional.
“Tepung dari modal Rp185 ribu satu karung [isi 25 kilogram] sekarang sudah Rp225 ribu dari agen. Jadi, kami jual Rp230 ribu atau Rp235 ribu,” ujar seorang pedagang sembako di Pasar Sentral Hamadi, Kota Jayapura, Makmur, Selasa (11/1/2022).
Selain itu, dikatakan Makmur, harga gula pasir juga mengalami peningkatan, yaitu dari Rp580 ribu sekarang sudah Rp660 ribu satu karung (isi 50 kilogram), mie atom (satu dos) dari Rp93 ribu dijual Rp110 ribu.
“Naiknya dari Oktober 2021. Sekarang ini, habis Tahun Baru malah tambah naik, karena bahan bakar minyak naik. Minyak Sabrina [satu jerigen ukuran lima liter] dari Rp175 ribu naik menjadi Rp253 ribu. Beras naik Rp5.000 satu karung,” ujar Makmur.
Makmur berharap ada tanggapan dari pemerintah daerah atas kenaikan harga sembako yang yang tak kunjung stabil, mengingat banyak warga yang belum tentu mampu membeli diharga mahal sehingga tidak bisa menikmati bahan pokok yang diinginkan.
“Tidak ada tanggapannya dari pemerintah. Tidak ada sidak [harga pangan]. Paling hanya sidak harga ayam, telur, bawang, dan lombok. Minyak yang paling murah sekarang Rp22 ribu [ukuran satu kilogram], yaitu minyak Bimoli,” ujar Makmur.
Baca juga: Disebut masih stabil, harga cabai rawit Rp100 ribu per kilogram
Pedagang sembako lainnya, Ahmad mengatakan, naiknya sejumlah harga sembako berdampak pada penurunan pendapatan atau omset penjualan, karena tidak semua warga mampu membeli diharga mahal.
“Sudah beberapa bulan ini, penjualan turun hampir 25 persen. Kalau naiknya tidak drastis, masih terjangkau penjualan. Banyak warga yang keluhkan naiknya harga bahan pokok,” ujar Ahmad.
Ahmad berharap pemerintah segera melakukan intervensi pasar, bukan hanya saja kebutuhan yang selama ini menyebabkan inflasi seperti telur, daging, cabai rawit, namun juga kebutuhan pokok lainnya agar warga menikmatinya di harga normal.
Seorang pedagang telur ayam ras, Ramli mengaku, menjual satu rak (isi 30 butir) Rp70 ribu sampai Rp75 ribu.
“Naiknya sudah satu minggu ini. Tidak tahu, apakah stoknya kurang atau bagaimana tapi dari distributor harga telur ayam naik sehingga kami juga ikut naikkan harga jualnya. Kalau Natal, harga telur ayam normal tidak ada kenaikan harga,” ujar Ramli. (*)
Editor: Dewi Wulandari