TERVERIFIKASI FAKTUAL OLEH DEWAN PERS NO: 285/Terverifikasi/K/V/2018

Minyak turun lagi, Rusia penuhi kewajiban kontrak pasokan

ladang minyak
Ilustrasi, Armbrusterbiz, pixabay.com

Papua No.1 News Portal | Jubi

Bengaluru, Jubi – Harga minyak mentah dunia kembali turun pada akhir perdagangan Jumat,  (11/3/2022) pagi WIB, ketika Rusia berjanji untuk memenuhi kewajiban kontrak dan beberapa pedagang mengatakan kekhawatiran gangguan pasokan sudah berlebihan.

Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Mei jatuh 1,81 dolar AS atau 1,6 persen, menjadi menetap di 109,33 dolar AS per barel, setelah naik sebanyak 6,5 persen di awal sesi. Sedangkan minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman April merosot 2,68 dolar AS atau 2,5 persen, menjadi ditutup di 106,02 dolar AS per barel, menyerahkan lebih dari 5,7 persen dari kenaikan intraday.

Sejak invasi Rusia 24 Februari ke Ukraina, pasar minyak menjadi yang paling bergejolak dalam dua tahun.

Patokan global minyak mentah Brent pada Rabu (9/3/2022) membukukan penurunan harian terbesar sejak April 2020. Dua hari sebelumnya, mencapai level tertinggi 14 tahun di lebih dari 139 dolar AS per barel.

“Saya pikir beberapa ‘kegelisahan perang’ akan keluar dari pasar,” kata John Kilduff, mitra di Again Capital di New York.

Baca juga : Bank Dunia sebut inflasi dampak perang Ukraina bisa picu protes dan kerusuhan
Ledakan tempat penyulingan minyak di Nigeria tewaskan 25 orang
Perusahaan minyak Cina jual bahan bakar jet ke junta militer Myanmar

Ia menolak 130 dolar AS dua kali minggu ini. “Orang-orang mulai bertanya apakah ada terlalu banyak masalah pasokan. Masih banyak pasokan Rusia,” katanya.

Presiden Rusia Vladimir Putin dalam sebuah pertemuan mengatakan negaranya sebagai produsen energi utama yang memasok sepertiga gas Eropa dan 7,0 persen minyak global, akan terus memenuhi kewajiban kontraktualnya pada pasokan energi.

Namun, minyak dari pengekspor minyak mentah terbesar kedua di dunia itu sedang dijauhi karena invasinya ke Ukraina, dan banyak yang tidak yakin dari mana pasokan pengganti akan datang. Komentar dari pejabat Uni Emirat Arab (UEA) mengirimkan sinyal yang bertentangan, menambah volatilitas.

Pada Rabu (9/3/2022), Brent merosot 13 persen setelah duta besar UEA untuk Washington mengatakan negaranya akan mendorong Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak untuk mempertimbangkan produksi yang lebih tinggi.

Menteri Energi UEA Suhail al-Mazrouei menarik kembali pernyataan duta besar dan mengatakan anggota OPEC berkomitmen pada perjanjian yang ada dengan kelompok itu untuk meningkatkan produksi hanya 400.000 barel per hari (bph) setiap bulan.

Sementara UEA dan Arab Saudi memiliki kapasitas cadangan, beberapa produsen lain dalam aliansi OPEC+ sedang berjuang untuk memenuhi target produksi karena kurangnya investasi infrastruktur dalam beberapa tahun terakhir. (*)

Editor : Edi Faisol

Baca Juga

Berita dari Pasifik

Loading...
;

Sign up for our Newsletter

Dapatkan update berita terbaru dari Tabloid Jubi.

Trending

Terkini

JUBI TV

Rekomendasi

Follow Us