Papua No. 1 News Portal | Jubi
Sorong, Jubi – Sekitar 50 orang mahasiswa, pemuda-pemudi Papua dan non Papua serta masyarakat sipil ikut di Kota Sorong terlibat dalam aksi memperingati Perjanjian New York . Aksi digelar pada Sabtu (15/8/2020) pukul 10-14 WIT di depan komplek pertokoan Elin Jl. Ahmad Yani, Kota Sorong.
Lewat orasi pada aksi itu, demonstran menyatakan bahwa perjanjian New York pada tahun 1962 atau yang dikenal dengan New York Agreement, adalah awal dari proses aneksasi wilayah Papua. Penindasan terhadap rakyat Papua masih saja terjadi. Demonstran meminta hak bagi orang Papua untuk menentukan nasibnya sendiri.
Natalis Yewen selaku juru bicara aksi tersebut mengatakan, Perjanjian New York telah menjadi penentu status politik bangsa Papua. Namun isinya adalah konspirasi yang dilakukan oleh Amerika, Indonesia, Belanda dan PBB-pun terlibat. “Hari ini, kami minta pertanggung-jawaban pihak internasional, dalam hal ini PBB,” ujarnya. melalui siaran pers kepada Jubi
Dalam perjanjian itu kata dia, rakyat Papua yang sebagai objek dari perjanjian tersebut tidak dilibatkan. “Ini merupakan diskriminasi terhadap HAM orang Papua, kami merasa dilecehkan,” tambah Yewen.
Pihaknya membeberkan berbagai pelanggaran HAM yang terus dialami bangsa Papua seperti penembakan, penculikan dan pembunuhan terus terjadi terhadap bangsa Papua dan pihak Internasional harus bertanggung jawab.
“Oleh karena itu, saya tegaskan lagi. Demi nama Tuhan dan leluhur bangsa West Papua, kami mengutuk keras perjanjian tersebut dan meminta pertanggung-jawaban pihak internasional,” tegas Yewen.
Dalam aksi tersebut, hadir kalangan pemuda non-Papua yang dikenal dengan nama kelompok lahir besar Sorong (LABESOR). Mereka turut mengambil bagian sebagai massa aksi, Deby Santoso, mengatakan bahwa perjuangan bangsa Papua itu adalah perjuangan melawan sistem, bukan perjuangan melawan sesama manusia.
“Kita harus menggali nilai-nilai atau unsur-unsur kemanusiaan untuk ditanamkan dengan baik agar ke depan kehidupan di tanah Papua lebih baik dan lebih damai untuk kita bersama,” ujarnya. (*)
Editor: Syam Terrajana