Papua No. 1 News Portal | Jubi
Jayapura, Jubi – Guru SD YPPK Bilogai, Stefanus Zondegau mengatakan sekolah tempatnya mengajar telah membuka lagi kegiatan belajar mengajar yang sempat terhenti lama gara-gara konflik bersenjata di Kabupaten Intan Jaya, Papua. Kegiatan belajar mengajar di SD yang terletak di Distrik Sugapa, Kabupaten Intan Jaya, Papua, itu sudah dimulai sejak 17 Januari 2022.
Menurutnya, proses pembukaan kembali kegiatan belajar itu berawal dari 10 Januari 2022. Saat itu, para orangtua murid membersihkan lingkungan SD YPPK Bilogai.
“Sebelum memulai aktivitas belajar mengajar, kami membersihkan lingkungan sekolah. Sebab, semenjak terjadi kontak tembak antara pasukan TNI/Polri dan Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat, aktivitas sekolah lumpuh total. Kami membersihkan halaman sekolah, agar anak-anak kembali sekolah,” kata Zondegau saat dihubungi melalui panggilan telepon pada Selasa (1/3/2022).
Baca juga: Pesawat berbadan kecil tergelincir di Intan Jaya
Menurut Zondegau, sebagian besar sekolah di Intan Jaya tutup, para para pengajarnya mengungsi ke Nabire, Timika, atau Paniai. Hingga kini, para guru SD YPPK Bilogai juga belum kembali, sehingga sejak 17 Januari 2022 Zondegau mengajar dengan dibantu oleh Pastor Silvester Dogomo.
“Semua sekolah, baik SD, SMP, [dan] SMA belum dibuka. Saat ini, saya dan Pastor Silvester Dogomo mencoba membuka kembali SD YPPK Bilogai. Hanya Pater Silvester Dogomo dan saya yang mengajar kelas 1 Sampai kelas 6. Kami masih di sini, menunggu dan mengharapkan kedatangan [guru lainnya],” katanya.
Zondegau mengatakan jika konflik bersenjata terus berkepanjangan, Kabupaten Intan Jaya bisa kehilangan generasi emasnya, karena pendidikan di sana terlantar. Kesadaran itulah yang membuat para guru SD YPPK Bilogai berupaya untuk membuka kembali kegiatan belajar mengajar di sekolah mereka.
Baca juga: Mahasiswa berharap para pihak unjuk peduli terhadap pengungsi Intan Jaya
“Kesadaran itu yang mendorong kami untuk kembali mengaktifkan sekolah dan mengajar. Generasi Intan Jaya juga harus bisa bersaing nantinya. Kalau dibiarkan terus, hancur nanti generasi emas Intan Jaya,”katanya.
Zondegau mengatakan jumlah siswa SD YPPK Bilogai mencapai 354 Siswa, dan belum semua siswa sudah kembali bersekolah. “Semenjak kami membuka sekolah pada Januari, yang hadir sekitar 200 lebih siswa,” katanya.
Zondegau mengatakan banyak siswa SD YPPK Bilogai masih berada di pengungsian. Ia berharap Pemerintah Kabupaten Intan Jaya mencari jalan agar para anak usia sekolah di Intan Jaya bisa kembali bersekolah.
Baca juga: Komisi Somatua Intan Jaya minta Pemerintah Indonesia tarik pasukan militer
“Kalau anak-anak tidak dipulangkan ke Kabupaten Intan Jaya, mereka tidak akan bersekolah di tempat pengungsian. Itu lebih ironis, sebab mereka aman di sana, tapi hak pendidikan mereka tidak terpenuhi. Itu sangat disayangkan,” kata Zondegau.
Ketua Ikatan Pelajar, Mahasiswa Intan Jaya di Jayapura, Yanuarius Weya mengatakan Pemerintah Kabupaten Intan Jaya harus mencari cara untuk memulihkan kegiatan belajar mengajar semua sekolah. “Harus gerak cepat untuk memulangkan guru-guru dan pengungsi,” katanya.
Weya mengatakan generasi Intan Jaya harus diselamatkan dari konflik dan imbas konflik di Intan Jaya. “Kami sebagai mahasiswa adalah bagian dari agen perubahan, akan terus mengontrol semua pihak untuk membuat Intan Jaya yang lebih baik ke depan,” katanya. (*)
Editor: Aryo Wisanggeni G