Papua No.1 News Portal | Jubi
Jayapura, Jubi – Wakil Wali Kota Jayapura, Rustan Saru, mengatakan kawasan konservasi penyu di Skouw Yambe, Distrik Muara Tami, Kota Jayapura, Provinsi Papua, berpotensi menjadi daya tarik wisata bila dikelola dengan baik.
“Penataan infrastruktur di kawasan konservasi penyu sangat penting sehingga banyak warga yang datang berkunjung,” ujar Rustan di Kantor Wali Kota Jayapura, Senin (17/5/2021).
Menurut Rustan, dengan menjadikan kawasan konservasi penyu di Muara Tami, maka memberikan pilihan tempat wisata kepada warga. Apalagi, Papua secara khusus di Kota Jayapura menjadi salah satu tempat penyelenggaraan Pekan Olahraga Nasional XX 2021.
“Tentu saja dapat menambah penghasilan bagi warga lokal setempat dengan menjadi pemandu wisata dan menjual berbagai pernak-pernik kerajinan tangan untuk yang ditawarkan kepada pengunjung,” ujar Rustan.
Rustan berharap, dalam penataan infrastruktur di lokasi konservasi penyu dapat melibatkan masyarakat setempat, karena mereka lebih tahu dan faham fasilitas yang dibutuhkan untuk kenyamanan dan keamanan warga yang datang.
“Saya minta warga mendukung program dan kegiatan pemerintah agar kawasan konservasi penyu menjadi destinasi wisata, karena dapat meningkatkan ekonomi warga,” ujar Rustan.
Kepala Dinas Perikanan Kota Jayapura, Matheys Sibi, mengatakan kawasan konservasi penyu melibatkan masyarakat setempat dengan membentuk sebuah kelompok penangkaran.
“Ada satu kelompok di Skouw Yambe. Kelompok ini merupakan binaan kami yang sudah berjalan 5 tahun,” ujar Sibi.
Dikatakan Sibi, pihaknya sedang melakukan penataan infrasruktur dengan fokus perbaikan sarana dan prasarana penangkaran penyu tersebut.
“Kami lagi benahi bak induk (pembesaran tukik) sebelum dilepaskan ke laut dengan berukuran 1×1,5 meter. Ada empat bak (tempat tukik), bak induk empat bak ukuran 1,5×2,5 meter,” ujar Sibi.
Dikatakan Sibi, masyarakat di Skouw Yambe terlihat serius dan antusias melakukan penangkaran, dengan merawat telur hingga menetas, kemudian dilepaskan ke laut.
“Satu ekor penyu bisa bertelur bervariasi antara 80 sampai 120 butir. Telur diambil masyarakat, lalu diletakkan di wadah yang sudah disiapkan. Lalu, 53 hari kemudian setelah menetas dilespaskan ke laut,” ujar Sibi.
Sibi berharap, kegiatan masyarakat dalam melakukan penangkaran penyu bisa menjadi daya tarik wisata, seperti saat pelepasan tukik (anak penyu) ke laut, yang bisa memberikan nilai ekonomi bagi kelompok konservasi dan warga di lokasi konservasi penyu. (*)
Editor: Kristianto Galuwo