Papua No.1 News Portal | Jubi
Jakarta, Jubi – Menteri Luar Negeri Luksemburg Jean Asselborn dan pejabat tinggi Uni Eropa menolak bertemu Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Mike Pompeo, hal itu terpaksa membatalkan perjalanan Pompep yang diagendakan ke Eropa Selasa (12/1/2021).
Tiga sumber diplomat Eropa dan AS yang mengetahui masalah tersebut mengungkap penolakan itu terjadi beberapa hari setelah penyerbuan gedung Kongres Capitol Hill oleh massa pendukung Presiden AS Donald Trump.
Baca juga : Dampak kerusuhan di US Capitol, Donald Trump menuai boikot
Kicauan kerusuhan di US Capitol, akun Twitter Trump dikunci 12 jam
Seorang perempuan tewas ditembak saat pendukung Donald Trump kepung US Capitol
Serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap demokrasi Amerika itu mengejutkan para pemimpin dunia dan sekutu AS. Tidak sedikit yang mengecam.
Pompeo, pejabat terdekat Trump rencananya ingin bertemu Jean Asselborn di Luksemburg, sekutu NATO, sebelum bertemu dengan para pemimpin Uni Eropa dan diplomat tertinggi blok itu di Brussels.
“Tetapi rencana ke Luksemburg, yang belum diumumkan secara resmi, dibatalkan setelah para pejabat di sana menunjukkan keengganan untuk menjanjikan bertemu dengan Pompeo,” kata sumber diplomatik.
Kementerian Luar Negeri Luksemburg mengkonfirmasi pembatalan itu, tetapi menolak memberikan rincian lebih lanjut. Sedangkan Uni Eropa menolak berkomentar.
Departemen Luar Negeri AS mengaitkan pembatalan itu dengan proses transisi kekuasaan meski sampai saat ini Pompeo enggan untuk secara tegas mengakui kemenangan Joe Biden.
Sumber diplomatik mengatakan sekutu AS merasa “dipermalukan” oleh Pompeo setelah insiden di Washington Rabu lalu yang menewaskan lima orang.
Tercatat massa pendukung Trump menggelar demonstrasi di depan gedung Capitol saat Kongres tengah melangsungkan penghitungan pemungutan suara elektoral pemilu pada Rabu (6/1/2021) lalu. Mereka menyerbu dan merusak gedung Kongres sebagai bentuk penolakan pengukuhan kemenangan Joe Biden di Pilpres.
Presiden dari partai Republik itu berulang kali mengklaim tanpa bukti bahwa pilpres yang digelar 3 November itu curang. (*)
CNN Indonesia
Editor : Edi Faisol