Papua No.1 News Portal | Jubi

Enarotali, Jubi – Kepala Suku Besar Kabupaten Paniai, Papua, Melianus Yumai mengaku menyesal dan mengutuk keras tindakan pendorongan terhadap anggota DPR Papua, John NR Gobai, pada Senin (30/8/2021), di pintu gerbang kantor Kejaksaan Tinggi (Kejati) Papua.

John NR Gobai didorong oleh anggota polisi ketika rakyat Papua mendatangi kantor Kejati Papua, hendak meminta kebebasan Victor Yeimo untuk melakukan pengobatan di rumah sakit, sesuai keputusan Majelis Hakim Pengadilan Negeri Kelas IA Jayapura belum lama ini.

Menurut Melianus Yumai, John NR Gobai bukan orang biasa tetapi pejabat publik di Provinsi Papua yang mengawali karirnya dari Dewan Adat Daerah (DAD) di Paniai dan Dewan Adat Papua (DAD).

“Kalau kita sebagai manusia yang berjiwa manusiawi, sebenarnya polisi tidak boleh melakukan tindakan yang bersifat kekerasan terhadap Pak John Gobai. Dia ini kan anggota perwakilan rakyat Papua, dia berhak tangani apalagi menggunakan hak interpelasi,” ujar Melianus Yumai kepada Jubi, Senin (30/8/2021).

Yumai menegaskan, pihaknya sebagai orang adat tidak ingin mengintervensi proses hukum yang dijalankan oleh Kejati dan Kepolisian Daerah (Polda) Papua, namun perilaku atau tindakan anggota polisi tersebut sangat disayangkan.

“Kami menyayangkan sikap anggota polisi itu. Dipersilakan masuk, namun didorong keluar secara paksa seolah tak bermoral. Dalam video itu kami tonton John diperlakukan seperti bukan manusia lagi,” ujarnya.

Tokoh pemuda Meepago, Tinus Pigai, mengatakan wakil rakyat Papua saja tidak dihargai dan didorong. “Padahal hanya mau minta penjelasan tentang tujuan kedatangan masyarakat Papua yang peduli kesehatan dan keselamatan VY,” ujar Pigai.

Kelakuan itu, kata dia, sebuah bentuk ketidakadilan yang dilakukan oleh aparat keamanan selama ini di Papua.

“Dan bukti bahwa nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan bagi orang Papua seperti semakin menjauh bahkan menghilang dari Bumi Papua. Ternyata benar adanya, jika negara ini hanya ingin tanah dan kekayaan alam yang terkandung dalam Bumi Papua saja, bukan dengan manusianya,” tuturnya. (*)

 

Editor: Kristianto Galuwo