| Papua No.1 News Portal | Jubi

Suva, Jubi – Untuk pertama kalinya Gereja Katolik di Fiji telah meminta maaf kepada semua korban pelecehan seksual yang dilakukan oleh pastor-pastor asing.

Kepala Gereja Katolik di Fiji, Uskup Agung Peter Loy Chong, membenarkan bahwa perilaku beberapa pastor telah mempermalukan gereja itu.

Komentar ini dia utarakan setelah media Selandia Baru melaporkan sejumlah pastor asing yang telah dituduh melakukan pelecehan seksual di Australia dan Selandia Baru, yang kemudian ditugaskan ke negara-negara Kepulauan Pasifik untuk menghindari gugatan kriminal. Metode ini sudah pernah digunakan oleh gereja sebelumnya untuk menghindari pihak berwenang.

Uskup Agung Chong menerangkan semua itu telah berubah setelah ada perubahan pada tingkat tertinggi di Vatikan, sehubungan dengan bagaimana mereka akan menangani tuduhan pelecehan seksual.

“Yang pertama dan terpenting, saya berempati dengan orang-orang yang menjadi korban pelecehan seksual. Saya berempati dengan rasa sakit, amarah, trauma dan perasaan mereka. Saya berempati dengan penderitaan yang telah dialami korban dan keluarga mereka hingga saat ini,” katanya.

“Sebagai kepala Gereja Katolik Fiji, saya merasa malu akan perilaku anggota gereja kita. Saya geram. Ada beban di hati saya kemarin dan hari ini. Reaksi awal saya adalah tidak ingin berbicara dengan media.”

“Atas nama Gereja Katolik di Fiji, saya menyatakan penyesalan atas kegagalan-kegagalan kita sebelumnya, dan simpati mendalam kepada orang-orang yang menjadi korban pelecehan seksual. Gereja meminta maaf sedalam-dalamnya atas pelecehan yang dilakukan oleh pastor-pastor atau guru-guru agama.”

Laporan dari media Selandia Baru yang sejak diterbitkan telah dibagikan oleh banyak orang, berisi kesaksian dari seorang pria yang menceritakan pelecehan seksual yang ia alami. Menurutnya, serangan itu diduga dilakukan oleh seorang pastor asing ketika ia masih menjadi siswa di Sekolah Dasar Marist Brothers di Suva.

Dalam mengakui kesalahan gereja di masa lalu, Uskup Agung Peter Loy Chong menyayangkan tindakan dari beberapa oknum yang telah merusak reputasi gereja.

Dia juga mengungkapkan bahwa bentuk keluhan seksual paling umum yang ia tangani adalah hubungan seksual konsensual antara perempuan dewasa dan pendeta.

“Bagi Gereja Katolik dan Keuskupan Agung Suva, pencegahan, keadilan, dan pemulihan bagi korban pelecehan seksual selalu merupakan prioritas utama.” (Fiji Sun)

 

Editor: Kristianto Galuwo