Papua No. 1 News Portal | Jubi,

Sentani, Jubi – Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, dan UKM (Disperindagkop dan UKM) kabupaten Jayapura bekerjasama dengan Bank Indonesia (BI) Perwakilan Papua, selama empat hari, 13-16 November, menggelar pelatihan membatik prada.

Pelatihan yan diselenggarakan di kediaman Maria Pulanda Ibo, seorang pembatik asal Sentani, diikuti para pembatik di Sentani binaan Mama Ibo – penggilan akrab Maria Pulanda Ibo, dan siswa SMKN 5 kota Jayapura serta mahasiswa Institut Seni Budaya (ISBI) Tanah Papua.  

BI perwakilan Papua sebagai penggagas pelatihan ini, melalui Manajer Fungsi Pelaksanaan Pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Kantor Perwakilan Bank Indonesia Papua, Yon Widiyono, mengatakan kegiatan ini adalah bentuk kepedulian BI untuk melestarikan budaya asli Indonesia dan memberi inovasi batik motif Papua supaya lebih menarik dan memiliki nilai jual tinggi.

“Prada adalah seni membatik dengan memberikan tinta emas pada motif batik yang dibuat,” kata Yon Widiyono, saat membuka pelatihan, Senin (13/11/2017).

Widiyono mengatakan selama ini setelah diamati, batik yang dibuat Mama Ibo masih sama dengan batik biasa. sehingga muncul inisiatif dari pihaknya mendatangkan tim narasumber kelompok batik Bhre Tumapel dari Malang membagikan ilmu dalam membatik prada.

Sementara itu, Pelaksana tugas (Plt) Disperindagkop dan UKM kabupaten Jayapura, Lenora Bemei, menyampaikan terima kasih kepada BI yang telah memfasilitasi pelatihan tersebut.

Mendapat ilmu baru

Lisa Fernanda Yobi siswi kelas X jurusan Kriya Tekstil SMKN V Kota Jayapura, mengatakan selama empat hari mengikuti pelatihan membatik prada, dirinya mendapat banyak ilmu baru tentang membatik.

“Saya dapat manfaat banyak, apalagi saya baru pertama kali memegang canting dan membatik. Saya dapat ilmu bagaimana cara memegang canting yang benar, memindahkan pola, pemberian warna, dan pelorotan,” ucapnya.

Lisa mengatakan dengan mengikuti pelatihan membatik membuat ia lebih paham bagamana teknik-teknik membatik yang benar. Dengan pelatihan ini juga mengasah pola pembuatan dan pola berfikir untuk membuat karya batik sebaik mungkin.

“Materi yang kita dapat disini berbeda dengan yang kami terima di sekolah. Salah satu ilmu baru yang saya dapat disini adalah cara menghapus goresan yang salah tanpa meninggalkan bekas di kain yang sedang kita batik. Kalo yang saya belajar di sekolah masih ada bekas dan prosesnya agak rumit dan lama,” kata Lisa menjelaskan.

Firman Adi Pradana, siswa kelas XI jurusan Tekstil, mengatakan setelah mengikuti pelatihan dia mulai berpikir untuk serius menekuni dunia batik dan ingin menjadi pengusaha.

“Selama pelatihan kami rasakan belajar membatik jadi lebih gampang dan praktis. Saya pengin jadi pengusaha batik karena di Jayapura masih jarang,” ucapnya sambil tersenyum.

Salomina (60 tahun), pembatik asal Sentani, yang sudah menekuni dunia membatik sekitar 10 tahun, menuturkan awal pelatihan dirinya merasa biasa saja karena yang diajarkan tidak beda jauh dengan yang sudah dia lakukan selama ini.

“Yang kami lakukan itu memang gampang tapi di gampang-gampang itu ada yang kami kurang. Jadi yang kekurangan-kekurangan itu kami dapat dari sini selama empat hari ini,” ujar Salomina saat ditemui Jubi disela-sela pelatihan.

“Saya baru pertama belajar membatik prada. Karena baru kali jadi nanti kami akan belajar cara mencampur obat untuk membuat batik prada dan dioles ke kain yang sedang kita batik,” ucapnya menambahkan.

Maria Pulanda Ibo atau yang lebih akrab disapa Mama Ibo berharap kepada mereka yang sudah mengikuti pelatihan dan paham cara membatik serta mencampur obat prada yang benar, dapat mengembangkan ilmunya supaya bisa mengangkat nama batik motif Papua.

“Dulu kami cari uang susah, tapi masih bisa sekolahkan anak-anak. Sekarang dari hasil jualan batik ini, contoh saya punya anak-anak ini selesai sekolah semua. Besok kalau kamu tidak jadi pegawai negeri, tekuni membatik dan jadi pengusaha,” kata Mama Ibo, menasihati para siswa dan mahasiswa peserta pelatihan membatik prada. (*)

Leave a Reply