| Papua No. 1 News Portal | Jubi

Makassar, Jubi – Irene Waromi, istri advokat HAM Papua, Gustaf Kawer menyadari profesi suaminya berisiko terhadap keselamatan keluarganya.

Namun Irene Waromi tidak pernah meminta suaminya berhenti dari pekerjaan yang telah dilakukannya selama bertahun-tahun.
Pernyataan itu dikatakan Irene Waromi melalui sambungan teleponnya, Selasa (9/6/2020).

Irene Waromi mengakui, perasaan khawatir akan keselamatan suami dan keluarganya terkadang muncul. Namun, perasaan itu dapat dikalahkan dengan niat membantu orang lain demi kemanusiaan.

“Saya sendiri terlibat pekerjaan kemanusiaan, jadi sangat paham dengan situasi seperti ini. Saya tidak pernah menyuruh suami meninggalkan pekerjannya meski saya tahu risiko pekerjannya sangat berat,” kata Irene Waromi.

“Saya selalu mendukung dan menjadi teman diskusi suami saya. Saya selalu memotivasinya agar tetap kuat menghadapi situasi apapun,” kata Waromi lagi.

Katanya, ia selalu yakin seberat apapun risiko profesi yang dijalani suaminya, jika dilakukan dengan tulus, demi kebenaran dan menolong orang lain, Yang Maha Kuasa akan selalu melindungi suaminya dan keluarganya.

“Memang pernah ada pemikiran kalau ini pekerjaan ini berbahaya. Namun kepekaan terhadap kemanusiaan mengalahkan perasaan-perasaan. Misi menolong orang lain sudah tertanam dalam hati kami. Kami hanya meningkatkan kewaspadaan,” ujarnya.

Menurutnya, sebagai upaya menghindari terjadinya hal-hal tak diinginkan kepadanya dan kepada keluarganya, Iren Waromi dan suami mesti selektif dalam berbagai hal. Mulai dari memilih sekolah untuk anak-anaknya, hingga saat berbelanja kebutuhan sehari-sehari.

“Bahkan kami menanam sayuran di sekitar rumah. Selain untuk menghemat uang belanja, juga agar kami tidak belanja sayuran di luar karena kami tidak mau [membeli bahan makanan atau] makan di sembarang tempat,” ucapnya.

Teror tidak hanya selalu ditujukan kepada aktivis HAM atau advokat HAM yang ada di Papua. Aktivis HAM di luar Papua yang selalu menyuarakan masalah Papua juga tak luput dari teror.

Misalnya saat diskusi soal Papua yang digelar Amnesty International Indonesia pada Jumat (5/6/2020).

Teror berupa telepon dari nomor misterius masuk ke nomor beberapa pembicara dalam diskusi yang berlangsung secara telekonferensi itu.

Direktur Eksekutif Amnesty Internasional, Usman Hamid yang menjadi salah satu pembicara mengatakan ada nomor asing menghubunginya saat ia sedang memaparkan materi.

“Nomor telepon bukan berasal dari Indonesia dan terus berganti-ganti. Ada dari bagian negara Kanada, negara bagian Amerika. Ini mirip [peretasan ponsel peneliti kebijakan publik] Ravio [Patra],” kata Usman Hamid pekan lalu. (*)

Editor: Edho Sinaga

Leave a Reply