TERVERIFIKASI FAKTUAL OLEH DEWAN PERS NO: 285/Terverifikasi/K/V/2018

Festival palolo, cacing laut biru dalam tradisi Samoa

Setahun sekali hanya untuk beberapa hari, cacing palolo bertelur di bawah cahaya bulan. - SPREP

Papua No.1 News Portal | Jubi

Apia, Jubi – Bagi mata kita yang tidak terbiasa, mereka terlihat seperti cacing laut berwarna biru, tetapi untuk beberapa hari ke depan orang-orang Samoa akan meninggalkan kediamannya pada tengah malam, untuk menangkap cacing ini yang dikenal sebagai makanan terenak di Pasifik Selatan.

Mereka disebut palolo dan, setahun sekali hanya untuk beberapa hari, mereka bertelur di bawah cahaya bulan. Orang-orang harus dengan sigap menangkap mereka sebelum matahari terbit.

Untuk Elizabeth Ah Hi dari Festival Palolo, cacing palolo ini kaya akan misteri dan budaya Samoa.

Memakan cacing mungkin tidak kedengaran enak bagi kebanyakan orang tapi, menurut Ah Hi, rasanya ‘lezat’.

Ah Hi juga berkata bahwa karena dari generasi ke generasi, orang-orang Samoa telah menangkap dan memakan palolo, sehingga rasanya palolo juga merupakan bagian dari budaya dan sejarah negara itu.

“Saya juga bekerja sebagai seorang wartawan dan, saya pernah mewawancarai pemilik penginapan Vaimoana Seaside Lodge, dia mengatakan sesuatu yang benar-benar melekat di benak saya – katanya, palolo itu rasanya seperti tradisi Samoa.”

“Menurut saya kata-katanya itu merangkum dengan sangat sempurna konteks budaya Samoa dan tradisi dan sejarah kami,” katanya.

Ketika orang-orang Samoa pergi ka palolo (menangkap palolo) mereka sering membawa serangkaian lei, bunga yang semerbak, yang dikatakan akan mengundang palolo.

“Saya pernah mendengar seorang tetua di radio berkata bahwa alasan mereka tidak lagi sering menangkap palolo sekarang ini adalah karena orang-orang sudah tidak lagi mengenakan pakaian terbaik mereka untuk menangkap palolo – dia menceritakan saat ia masih anak-anak, dia harus mengenakan pakaian terbaiknya untuk ikut menangkap palolo,” jelas Ah Hi. “Ada juga cerita dari masyarakat bahwa sekarang palolo berkurang dan itu mungkin ada hubungannya dengan kerusakan terumbu karang.” (Pacific Beat)

 

Editor: Kristianto Galuwo

Baca Juga

Berita dari Pasifik

Loading...
;

Sign up for our Newsletter

Dapatkan update berita terbaru dari Tabloid Jubi.

Trending

Terkini

JUBI TV

Rekomendasi

Follow Us