Econusa dan Pemprov Papua Barat tempa sejumlah pemuda jadi peneliti

Papua
Ilmuwan Muda Papua mengikuti kelas pembekalan di Manokwari. (Jubi/Hans Arnold Kapisa)

Papua No.1 News Portal | Jubi

Manokwari, Jubi – Program Ilmuwan Muda Papua (IMP) yang diinisiasi oleh Yayasan Econusa dan Balitbangda Provinsi Papua Barat, merupakan salah satu program yang mendorong keterlibatan mahasiswa dan mahasiswi yang memiliki kemampuan dan minat menjadi periset untuk dapat melakukan penelitian yang dapat berkontribusi dalam mewujudkan pembangunan berkelanjutan.

Sekretaris daerah provinsi Papua Barat, Nataniel D. Mandacan, mengatakan peran serta anak muda melalui program IMP diharapkan dapat menghasilkan penelitian yang nantinya dapat digunakan sebagai basis dari perumusan kebijakan, advokasi kebijakan, dan inovasi sumber daya yang dapat mempercepat tercapainya komitmen Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat sebagai Provinsi Pembangunan Berkelanjutan.

Read More

Menurutnya, perjalanan menuju pembangunan berkelanjutan, banyak tantangan mendasar yang dihadapi. Sehingga keterlibatan secara konsisten dari seluruh pihak dalam bentuk kerja sama, kolaborasi dan koordinasi perlu dilakukan.

“Kita memerlukan keterlibatan secara konsisten dari seluruh pihak dalam bentuk kerjasama, kolaborasi dan koordinasi antar pemerintah daerah, antar kemitran pembangunan, termasuk juga dukungan dari pemerintahan pusat, dan dunia internasional guna akselerasi aplikastif dan operasional pembangunan berkelanjutan di tanah papua, secara khusus di papua barat,” ujar Sekda Mandacan saat membuka acara Bootcamp IMP di salah satu hotel di Manokwari, Selasa (15/9/2020).

Mewakili CEO Yayasan Econusa, Rina Kusuma,  mengatakan kegiatan bootcamp merupakan pelatihan intensif untuk meningkatkan kapasitas para peneliti muda. Kegiatan tersebut berlangsung selama tiga hari  (15-17 September), adalah tahap penting untuk menyiapkan peserta agar mampu melakukan penelitian ilmiah berkualitas.

“Kegiatan bootcamp IMP akan memberikan pemahaman tentang Deklarasi Manokwari dan komitmen pemerintah, membuka wawasan para peneliti muda tentang pentingnya penelitian akademik dalam proses pengambilan kebijakan, serta mempertajam rencana penelitian yang akan dilakukan,” ucap Rina.

Rina menjelaskan, pendaftaran dibuka sejak 6 April 2020 hingga 17 Juli 2020, program IMP yang bertemakan “Pembangunan Berkelanjutan di Tanah Papua” telah menerima 86 proposal penelitian dari tujuh universitas dan bidang studi di Tanah Papua.

“Dari 86 proposal yang diterima, 10 proposal [peneliti]  terpilih untuk mendapatkan pendampingan dan beasiswa dana penelitian yang dikurasi oleh tim panel, terdiri dari Prof Jatna Supriatna (Universitas Indonesia), Prof. Roni Bawole (Universitas Papua), Henderite Ohee (Universitas Cenderawasih), Jemmy Oruw (Balitbangda Provinsi Papua Barat) dan Muhammad Farid (Yayasan EcoNusa),” ujarnya.

Dikatakan Rina, 10 IMP yang terpilih terdiri dari 9 mahasiswa Unipa Manokwari dan 1 mahasiswa Uncen Jayapura. Usulan penelitian masing-masing mewakili potensi alam, ekologi,  dan keanekaragaman hayati (flora-fauna) di tanah Papua.

“Mereka diantaranya, Rieni Tumanggor (Unipa), Imanuel Homer (Unipa), Eka Juniawati Priscilla Waas (Unipa), Grasela Kambu (Unipa), Yan Zakeus Imbiri (Unipa), Alvian Gandegoai (Unipa), Marchelia C.Rumbiak (Unipa), Jolanda  Lahopang (Unipa), Cynthia Wayoi (Unipa) dan Ivan J.J.Palege (Uncen),” ujarnya.

Sementara, Prof. Charlie Heatubun, Kepala Balitbangda Provinsi Papua Barat, mengatakan, Tanah Papua telah terbukti secara akademik memiliki kekayaan biodiversitas yang tinggi di tingkat dunia, namun belum terungkap secara utuh.

“Belum semua  potensi biodiversitas itu dikembangkan untuk mendukung kehidupan masyarakat di Tanah Papua. Di sinilah peran para peneliti muda untuk menyingkap hal itu,”  ujar Charlie. (*)

 

Editor: Edho Sinaga

Related posts

Leave a Reply