Dinkes Nabire gencar sosialisasi program triple eliminasi

Dinkes Nabire gencar sosialisasi program triple eliminasi 1 i Papua
Dinkes Nabire gencar sosialisasi program triple eliminasi 2 i Papua
Kepala bidang P2P, dr. Frans Sayori dan kasie penyakit menular, A. Lambey di ruang kerjanya – Jubi/Titus Ruban.

Nabire, Jubi – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Nabire, terus melakukan inovasi – inovasi kegiatan. Salah satunya mengarah pada program yang diarahkan oleh Kementerian Kesehatan. Saat ini, yang sedang sedang gencar-gencarnnya yakni program triple eliminasi.

Kepala bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P), Dinkes Nabire, dr. Frans Sayori mengatakan program triple eliminasi kementerian ini adalah bagaimana fokus pada eliminasi tiga penyakit, yakni HIV, Sipilis, dan Hepatitis.

Read More

“Sehingga, penyakit menular ini yang harus dieliminasi dalam satu paket yakni triple eliminasi,” ujarnya kepada Jubi di Nabire, Rabu (24/07/2019).

Triple eliminasi itu, lebih fokus agar setiap ibu hamil hamil wajib diperiksa HIV, Sipilis dan Hepatitis, sebab infeksi dari ketiganya tak hanya mengancam kualitas hidup anak yang dikandungnya.

“Berdasarkan data Kementerian Kesehatan RI, ada lebih dari 90 persen anak tertular virus HIV, Sipilis, dan Hepatitis B dari ibunya. Prevalensinya pada ibu hamil berturu-turut sebesar 0,3 persen; 1,7 persen; dan 2,5 persen. Dan risiko penularan dari ibu ke anak untuk HIV adalah 20-40 persen, Sipilis 69-80 persen dan Hepatitis B lebih dari 90 persen.

“Maka hal ini harus dibendung sedini mungkin,” kata dr. Sayori.

Dari 32 Puskesmas di Kabupaten Nabire, sudah sekitar 20-an yang telah tersosialisasi dan terimplementasi. Sasarannya adalah ibu hamil dan tenaga kesehatan, sebab HIV dan Sipilis sudah paham bagaimana penularannya. Sementara Hepatitis B, lebih fokus pada tenaga.

Untuk hepatitis B, bisa berpindah dari cairan tubuh. Misalnya saat bantu ibu melahirkan yang positif hepatitis air ketuban dan lain-lain bisa berpindah jika tidak hati – hati.

“Dan di Nabire sudah ada kasus Hepatitis B dan itu paling banyak yang kami kejar,” lanjutnya.

Dijelaskan dr. Sayori, dari 20-an Puskesmas masih ada beberapa yang belum terjangkau. Penyebabnya adalah faktor jarak yang jauh, seperti Distrik Menou dan Dipa, Siriwo dan beberapa lainnya.

Terkait ibu melahirkan, tentu ada yang di Puskesmas tetapi ada juga yang melahirkan di rumah sakit. Maka prosedur tetapnya begitu ibu yang positif melahirkan anaknya di bawah 1×24 jam sudah harus mendapatkan vaksin HB IG. Dan sasarannya adalah petugas kesehatan, terutama bidan, tenaga laboratorium.

“Maka salah satu fokus kita juga adalah hepatitis B, yang infeksi virus menyerang hati. Karena bisa saja menyerangnya cepat dan orang tidak sadarkan diri, sehingga sosialisasi dan pencegahan sesegera mungkin dilakukan,” jelasnya.

Di tempat yang sama, kepala Seksi Penyakit Menular, Labert Lambei menambahkan pola penularan ketiga virus tersebut relatif sama. Yakni melalui hubungan seksual, pertukaran/kontaminasi darah, dan secara vertikal dari ibu ke anak.

Kata Lambei,triple eliminasi dilakukan dengan 5 strategi program, yaitu: pertama, meningkatkan akses dan kualitas layanan bagi ibu hamil, ibu menyusui, dan bayi/anak sesuai standar, kedua, meningkatkan peran fasilitas pelayanan kesehatan dalam pelaksanaan yang diperlukan untuk Eliminasi Penularan. Ketiga, Meningkatkan penyediaan sumber daya di bidang kesehatan, keempat, Meningkatkan jejaring kerja dan kemitraan, serta kerja sama lintas program dan lintas sektor, dan kelima meningkatkan peran serta masyarakat.

“Sosialisasi terus kami lakukan. Melalui brosur, turun langsung ke lapangan bahkan melalui media,” tambahnya. (*)

 

Related posts

Leave a Reply