
Papua No. 1 News Portal | Jubi
Jayapura, Jubi – Hingga pekan kedua Pekan Imunisasi Nasional polio di Papua yang dimulai 18 Maret lalu, cakupan imunisasi polio sudah mencapai 33,35 persen. Pekan Imunisasi Nasional polio di Papua akan berlangsung hingga April 2019, dengan target cakupan 95 persen dari 1,9 juta anak usia 0-15 tahun yang ada di Papua.
Kepala Seksi Promosi dan Pemberdayan Masyarakat Dinkes Papua, Sem Kaiwai menyatakan cakupan imunisasi beberapa kabupaten di Papua rendah karena banyaknya hambatan untuk menyelenggarakan PIN di Papua. Kaiwai mencontohkan, cakupan PIN polio di Kabupaten Mamberamo Raya rendah karena terkendala kondisi geografis yang sulit dijangkau, faktor budaya yang membuat orangtua enggan mengizinkan anaknya diimunisasi, maupun faktor keamanan.
“Kami tetap menargetkan dalam dua bulan mendatang cakupan imunisasi mencapai 95 persen. Kami terus menggelar rapat koordinasi lintas sektoral untuk membantu program PIN polio, terutama untuk mengatasi masalah transportasi ke daerah terpencil. Kami sudah bekerjasama dengan PT Freeport Indonesia yang akan membantu menyediakan transportasi ke kampung-kampung,” kata Kaiwai.
Kaiwai menyatakan hambatan faktor budaya yang membuat orangtua enggan mengizinkan anaknya diimunisasi telah berkurang. Sosialisasi membuat para orangtua memahami imunisasi polio penting untuk membangun kekebalan tubuh anak terhadap virus polio, sehingga banyak orangtua menanggapi PIN polio dengan positif.
“Untuk sementara ini tidak ada penolakan. Pemberian vaksin polio gratis karena vaksinnya disiapkan pemerintah,” jelasnya.
Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Papua, Dr. Renny Hariati mengatakan virus polio sangat berbahaya karena mudah ditularkan. Polio dapat ditularkan dari tinja yang mengandung virus polio, ataupun ditularkan dari cairan mulut atau bersin orang yang terinfeksi.
Renny menyatakan salah satu indikasi anak terinfeksi polio adalah terjadinya lumpuh layu akut yang biasanya asimetris. Akan tetapi, Renny mengingatkan bahwa tidak semua kasus lumpuh layu terjadi karena anak terinfeksi virus polio. Renny menyatakan setiap kasus lumpuh layu harus segera dilaporkan ke pusat kesehatan masyarakat atau rumah sakit agar bisa ditangani dengan tepat.
“Hati-hati, tidak semua lumpuh layu disebabkan virus polio. Bila ada lumpuh layu mendadak yang dialami anak berusia kurang 15 tahun, kasus itu harus segera dilaporkan ke pusat pelayanan kesehatan masyarakat atau rumah sakit. Untuk memastikan apakah anak terinfeksi polio, sampel tinja anak harus diperiksa mengandung virus polio atau tidak,” kata Renny.(*)
Editor: Aryo Wisanggeni G