TERVERIFIKASI FAKTUAL OLEH DEWAN PERS NO: 285/Terverifikasi/K/V/2018

Bendera Tonga terlihat saat serangan Gedung Capitol di AS, perlu dibahas

Tevita Ka’ili.- Facebook

Papua No.1 News Portal | Jubi

Nuku’alofa, Jubi – Seorang akademisi Tonga yang berbasis di Hawai’i telah mendesak agar ada diskusi tentang bagaimana bendera kerajaan itu bisa digunakan, setelah salah satu bendera Tonga kelihatannya muncul dalam foto-foto penyerbuan di Gedung Capitol pada 6 Januari lalu.

Profesor Tevita Kaili, yang merupakan Profesor dan Dekan Fakultas Kebudayaan, Bahasa, dan Seni Pertunjukan di Universitas Brigham Young (UBY), mengungkapkan bahwa ia yakin seorang Tonga pendukung Trump membawa bendera itu ke Capitol.

Didorong oleh Presiden Trump, ratusan pendukung Trump memasuki Gedung Capitol dalam upaya untuk membatalkan kekalahannya. Mereka berencana memaksa Kongres untuk menunda sesi sidang yang akan mengesahkan kemenangan presiden terpilih dari partai demokrat, Joe Biden, dalam pemilu November lalu. ima orang tewas akibat serangan itu.

Profesor Kaili mengatakan melalui Facebook bahwa penggunaan bendera oleh orang-orang Tong yang tinggal di luar negeri harus segera dibahas.

Dia mengatakan diskusi seperti itu dapat menjadi bagian dari konferensi asosiasi Tonga Research Association di BYU, yang direncanakan akan dilaksanakan pada September tahun ini.

Beberapa orang-orang Tonga yang berkomentar melalui media sosial mengecam oknum-oknum yang mengibarkan bendera itu selama protes, menegaskan tindakan itu sangat memalukan dan tidak mencerminkan Tonga dengan baik.

Bendera dari Korea Selatan, Georgia, Israel, Vietnam, Kuba, dan India juga dapat dilihat selama penyerangan di Capitol.

Presiden Trump memang memiliki sejumlah pendukung di antara komunitas Tonga di Amerika Serikat. Setidaknya ada dua situs ‘Orang-orang Tonga untuk Trump’, keduanya pun masih aktif. Satu memiliki 1.800 pengikut, dan yang lainnya 500. Keduanya berisi propaganda anti-Biden, tautan ke artikel-artikel yang ditulis oleh ekstremis sayap kanan, serta tulisan opini. Keduanya juga berisikan teori konspirasi yang aneh, banyak diantaranya sangat anti-Katolik.

Pada 2003, media di Tonga melaporkan bahwa pendukung demokrasi dan advokat ‘Alani Taione telah membakar bendera Tonga di Auckland untuk memprotes Raja Tupou IV karena tidak mendukung upaya mendiang ‘Akilisi Pohiva untuk membawa demokrasi ke negara tersebut.

Perbuatan Taione itu membuat pendukung pemerintah geram, mereka merasa perilakunya adalah aib bagi Tonga. (Kaniva Tonga)

 

Editor: Kristianto Galuwo

Baca Juga

Berita dari Pasifik

Loading...
;

Sign up for our Newsletter

Dapatkan update berita terbaru dari Tabloid Jubi.

Trending

Terkini

JUBI TV

Rekomendasi

Follow Us