Begini aktivis lembaga ekstra kampus berkegiatan di tengah Covid-19

papua covid-19 pmkri
Aktivis PMKRI (Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia) Kota Jayapura membersihkan sekretariat di Margasiswa, Kota Jayapura, Papua -Dok. PMKRI Jayapura.

Papua No. 1 News Portal | Jubi

Jayapura, Jubi – Dalam kondisi normal para aktivis mahasiswa di organisasi ekstra kampus seperti PMKRI, HMI, dan dan PMII aktif melakukan berbagai kegiatan, baik dengan anggotanya maupun masyarakat.

Read More

Tapi, bagaimana saat pandemi Covid-19? Juga, bagaimana sikap mereka terhadap Covid-19?

Jubi mewawancarai beberapa aktivis PMKRI (Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia), HMI (Himpunan Mahasiswa Islam), PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia), dan pemuda Pemuda Marhaen Kabupaten Keerom di Provinsi Papua.

Ketua PMKRI Cabang Jayapura Wakol Yelipele mengatakan, PMKRI adalah garda terdepan, karena itu di masa pandemi pun tetap konsisten bergerak membela kaum marginal.

“Kami selalu mementingkan orang banyak, mau situasi korona atau tidak, kami tetap bertemu dan berkumpul,” katanya kepada Jubi saat ditemui di Margasiswa, Kota Jayapura, Senin (12/10/2020).

PMKRI Cabang Jayapura, kata Yelipele, tetap melakukan aktivitas dengan normal. Di antaranya dalam sebulan tetap berkumpul hingga lima kali dengan anggota di Margasiswa Kamkey.

“Kebanyakan teman-teman tidak mempercayai korona, datang pun salaman, berjabat tangan, baku peluk, serta jarang memakai masker ketika rapat,” ujarnya.

Ia berharap pemerintah lebih intens memberikan pemahaman untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan bahaya Covid-19.

“Pasien korona kan bisa difoto dan ditujukkan kepada masyarakat gejala dari virus itu, selama ini kan langsung dikubur, bagaimana kita bisa percaya itu karena korona atau penyakit lain,” katanya.

Martinus Mabel, pengurus PMKRI Cabang Jayapura justru tak mempercayai adanya ancaman serius virus korona. Alasannya, karena hidup dan mati seseorang ditentukan Tuhan.

“Saya punya Tuhan, saya tidak percaya korona, mau saya nanti mati pun, itu maunya Tuhan bukan korona,” ujarnya.

Mabel menceritakan, ada kepercayaan dari kampung halamannya di Wamena bahwa virus korona bisa ditolak melalui ritual budaya. Setiap suku bisa melakukan ritual penolakan korona tersebut.

“Ritualnya berbahasa daerah, salah satu orang tua di sana sudah membuat ritual penolakan korona, artinya barang ini bukan milik kami, engkau pulang serta dituntun hingga ke pintu gerbang [bandara],” katanya.

Tetap berkumpul juga dilakukan para aktivis HMI di Kota Jayapura. Ketua Korps HMI Wati (Kohati) Cabang Jayapura Assyah Ningsih Larasati mengatakan bertemu dan berkumpul adalah keharusan yang dilakukan dalam organisasi, walaupun pada masa pandemi.

“Bagi saya berkumpul lebih asyik, bisa berbagi keluh-kesah, kondisi serta hambatan yang dihadapi, kalau melalui daring sudah kami lakukan, tapi kurang efektif,” ujarnya.

Setiap hari, Assyah bertemu dan berkumpul dengan anggota HMI di Graha HMI BTN Skyline Kotaraja, Kota Jayapura.

“Ketika berjumpa saya selalu bersalaman, tapi saat rapat di organisasi kami tetap menjaga jarak, memakai masker, dan hand sanitizer,” ujarnya.

Assyah mengatakan virus tersebut berbahaya karena menyerang imunitas tubuh. Karena itu ia selalu mencucui tangan dan membersihkan badan terlebih dulu sebelum masuk ke kamar kos.

“Saling menjaga agar tidak menyebarkan virus, datang tidak membawa virus dan pulang pun tidak membawa virus,” ujarnya kepada Jubi, Senin (12/10/2020).

Menurut Assyah kegiatan lewat daring tidak efektif. Namun jika melakukan kegiatan bertemu langsung harus mematuhi protokol kesehatan dengan melakukan 3M (mencuci tangan, memakai masker, dan menjaga jarak).

Ketua HMI Cabang Jayapura Putra Rumagia berpendapat pandemi Covid-19 tidak bisa membatasi pemuda untuk berkumpul. Selain itu, ada kepentingan besar yang diperjuangkan pemuda demi masyarakat banyak.

“Kami sering berkumpul di sekret (sekretariat), biasanya teman-teman aktivis juga sering datang ke HMI, mereka datang langsung pegang tangan dan baku rangkul, minum kopi bersama, terus ikut demo, tapi syukur belum ada yang terpapar korona,” ujarnya.

Putra mempercayai bahwa virus korona ada dan berbahaya, terutama bagi orang yang memiliki penyakit bawaan atau imunitasnya lemah. Ia percaya karena melihat pasien Covid-19.

“Awalnya saya pikir itu penyakit biasa saja, cuma terlalu dibesar-besarkan di publik,” katanya.

Namun ketika satu bulan lalu ada seniornya yang terkena Covid-19 dan ia menjenguknya. Dari ceritanya Putra mengetahui virus tersebut membuat sengsara penderitanya.

“Batuk sampai berdarah, berbahaya bagi yang punya penyakit asma,” katanya saat ditemui di Graha HMI, Senin (12/11/2020).

Karena itu putra berharap pemuda tetap menaati anjuran pemerintah dan mengadopsi kebiasaan baru dengan baik, seperti memakai masker dan mencuci tangan.

“Sebelumnya, kita menganggap Covid-19 biasa-biasa saja dan sekarang kita boleh beradaptasi dengan hal baru itu,” ujarnya.

Ketua Badan Koordinasi HMI Papua dan Papua Barat Hardi Arfianto berharap pemuda tetap mengutamakan protokol kesehatan dalam beraktivitas dan menjaga kesehatan.

“Penyakit ini kan ada dan dapat terdeteksi,” ujarnya.

Ia menyayangkan masih ada pemuda yang bersikap mengabaikan protokol kesehatan dengan memilih berkumpul, berdiskusi, dan berwisata.

“Mungkin dengan pembatasan waktu yang lama, pemuda merasa jenuh, ada yang merasa anti bodinya paling kuat dan belum ada orang terdekatnya yang terkena korona,” katanya.

Andika Dian Saputra, ketua PMII Cabang Jayapura menilai masih seringnya pemuda bertemu dan berkumpul karena minimnya kesadaran dan adanya sikap meremehkan dampak serius Covid-19.

“Padahal dari masa “lockdown”, kasus orang yang meninggal sudah dapat membuktikan betapa berbahayanya korana,” ujarnya.

Namun ia berpendapat ada baiknya Covid-19 juga tidak menjadi momok yang menakutkan dan pemuda tidak ikut menyebarkannya.

Ketua Pemuda Marhen Kabupaten Keerom, Putra Adriano mengatakan setiap minggu selalu nongkrong di warung kopi, namun menjaga jarak.

“Bosan dengan suasana rumah, ada kerinduan untuk berkumpul dan nongkrong bareng teman-teman,” katanya.

Adriano berharap pemuda tetap beraktivitas, produktif, dan tidak boleh berdiam diri meski dalam kondisi pandemi. (CR7*)

Editor: Syofiardi

Related posts

Leave a Reply