Api Peparnas dari Kaitemung wujud persaudaraan di Indonesia

Api Peparnas dari Kaitemung wujud persaudaraan di Indonesia 1 i Papua
Penyerahan api alami oleh tua-tua adat Kampung Kaitimung kepada Tokoh Agama. -Jubi/Engel Wally

Papua No.1 News Portal | Jubi

Sentani, Jubi – Pengambilan Api Pekan Paralimpik Nasional (Peparnas) XVI Papua di Kampung Kaitemung, Distrik Nimboran, Kabupaten Jayapura, sebagai perwujudan persaudaraan sesama anak bangsa dari Papua untuk Indonesia.

Tokoh agama Nimboran, Alberth Wambukomo menjelaskan bahwa pengambilan api yang digunakan dalam Kirab Api Peparnas XVI Papua ini, diadakan secara alami melalui doa para tua-tua kampung, dan api yang diberikan ini sebagai simbol persaudaraan yang erat dari Papua secara khusus Kampung Kaitemung, kepada seluruh peserta Peparnas XVI baik yang dari Papua maupun 33 Provinsi yang datang dari seluruh Indonesia.

Read More

“Yang mengadakan api secara alami ini adalah para tua-tua adat kampung ini, yang dengan sungguh-sungguh berdoa dan meminta kepada sang pencipta alam semesta,” ujar Alberth di Kampung Kaitemung, Selasa (2/11/2021).

Dikatakan, untuk ritual seperti ini hanya orang-orang pilihan yang benar-benar bersih yang bisa melakukan. Para tua-tua adat kampung yang telah memberikan api tersebut, akan melakukan doa dan pujian bersama selama berlangsungnya Peparnas XVI di Jayapura.

“Tempat dan tanah di Kampung Kaitemung ini digunakan sebagai tempat pengambilan Api Peparnas XVI ini, digunakan secara cuma-cuma dan kami sebagai pemilik hak ulayat tidak menuntut imbalan apa pun, sebab hari ini sejarah telah mencatat bahwa dari Kampung Kaitemung ini, api persaudaraan dibawa untuk Peparnas XVI Papua,” jelasnya.

Sementara itu, Ketua PB Peparnas XVI Papua, Doren Wakerkwa mengatakan, Peparnas XVI ini menjadi alat kepercayaan negara kepada mereka yang berada di timur Indonesia.

“Sukses penyelenggaraan PON XX adalah bukti bahwa kita mampu, sekarang kita harus buktikan lagi dengan sukses penyelenggaraan Peparnas XVI. Pesan saya kepada generasi muda kita saat ini, harus bangkit dan berjuang untuk melakukan terobosan baru bagi diri sendiri, keluarga, juga masyarakat umum lainnya. Penyandang disabilitas yang saat ini menjadi peserta dalam Peparnas XVI adalah bagian dari kita sebagai masyarakat asli Papua,” katanya. (*)

 

Editor: Kristianto Galuwo

Related posts

Leave a Reply