Koordinator pusat krisis perempuan dan anak Fiji Women’s Crisis Centre (FWCC), Shamima Ali. – FBC News

Papua No. 1 News Portal | Jubi

Suva, Jubi – Pihak berwenang Fiji telah mengungkapkan bahwa laporan KDRT meningkat lebih dari dua kali lipat selama Maret dan April, akibat dari keadaan darurat yang diberlakukan untuk menghentikan penyebaran Covid-19, termasuk karantina wilayah di dua kota.

Shamima Ali dari pusat krisis perempuan dan anak Fiji Women’s Crisis Centre (FWCC) berkata kepada Pacific Beat bahwa jumlah panggilan telepon yang diterima saluran telepon untuk pengaduan masalah KDRT mengungkapkan data tersebut.

“Jika kita bandingkan dengan data selama periode yang sama tahun lalu, Maret dan April, ada lebih dari 100% peningkatan perempuan yang menghubungi saluran telepon KDRT,” kata Ali.

Di Fiji, sudah ada 18 kasus virus corona ditemukan positif, tanpa satu pun kematian.

Ali menerangkan bahwa karantina wilayah dan kebijakan untuk menjaga jarak sosial menghentikan penyebaran Covid-19, namun telah menciptakan lingkungan yang memungkinkan para pelaku KDRT.

“Ini adalah lingkungan yang ideal, isolasi sosial seperti ini, bagi laki-laki untuk melakukan kekerasan terhadap perempuan – KDRT – karena perempuan ada di bawah kendali penuh laki-laki, dia ada di sana setiap saat, perempuan tidak bisa lari keluar,” katanya.

Menteri Perempuan Fiji, Mereseini Vuniwaqa, mengatakan situasi di Fiji mencerminkan kecenderungan yang sama di luar negeri.

Dalam konferensi pers pemerintah, dia berkata bahwa pihak berwenang terus bekerja dengan LSM-LSM dan pemangku kepentingan lainnya untuk menangani peningkatan kasus KDRT.

Tapi perempuan tidak hanya rentan di Fiji, negara yang sudah merasakan dampak pandemi virus corona. Pusat krisis perempuan di Kepulauan Solomon juga menutup pintunya untuk sementara karena terlalu penuh dan kecemasan akibat Covid-19.

Doreen Aiwaiasi dari Malaita Christian Care Center di Kepulauan Solomon mengatakan mereka tidak memiliki kapasitas untuk mematuhi arahan menjaga jarak.

Belum ada laporan kasus Covid-19 di Kepulauan Solomon, tetapi Doreen berkata mereka harus membatasi pekerjaan mereka dan hanya menampung kasus-kasus serius. (Pacific Beat)

 

Editor: Kristianto Galuwo