Kaca salah satu kantor cabang bank di Jayapura pecah dirusak warga dalam amuk massa beberapa waktu lalu. – Jubi/Sindung

Papua No. 1 News Portal | Jubi

Jayapura, Jubi – Aksi persekusi dan tindakan rasisme terhadap para mahasiswa asal Papua di Surabaya pada 16 dan 17 Agustus 2019 telah menimbulkan gelombang unjukrasa dan sejumlah amuk massa di beberapa wilayah di Provinsi Papua dan Papua Barat. Amuk massa yang terjadi di sejumlah wilayah tidak berdampak signifikan pengembalian dana kredit oleh para debitur di Papua.

Regional  CEO Bank Mandiri Papua, I Gede Raka Arimbawa mengemukakan sejumlah amuk massa di Tanah Papua secara langsung berdampak kepada 47 debitur Small Medium Enterprise (SME) atau UKM  dan Mikro Bank Mandiri. Nilai kredit yang harus dibayar 47 kreditur itu mencapai Rp 16,99 miliar.

Meskipun demikian, amuk massa di Tanah Papua tidak berdampak signifikan terhadap pengembalian dana kredit oleh para debitur di Papua. “Kebanyakan dampak yang dialami debitur itu adalah kebakaran tempat usaha, tempat tinggal, atau barang dagangan. Ada pula debitur ini pergi keluar Papua,” ujarnya kepada Jubi, Kamis (21/11/2019)

Bank Mandiri telah berupaya dan menawarkan sejumlah solusi bagi para debitur yang terdampak amuk massa di Papua. Selain menawarkan restrukturisasi utang, Bank Mandiri juga membantu para debiturnya mengajukan klaim asuransi. “Selain itu ada bantuan kebutuhan sosial kepada debitur eksodus, serta suntikan motivasi dan edukasi kepada debitur,” katanya.

Direktur Bisnis Bank Papua, Sadar Sebayangn saat dikonfrmasi  Jubi soal yang sama pihaknya belum menemukan dampak amuk massa terhadap kelancaran pengembalian dana kredit oleh para debiturnya. ”Sampai dengan saat ini belum kelihatan dampaknya. Apabila ada dampaknya, mungkin nanti kelihatan sekitar 4-5 bulan ke depan. Namun sejauh ini kami perkirakan tidak signifikan dampaknya karena yang terjadi hanya  di daerah Wamena saja,” ujarnya melalui whatsapp pribadinya.

Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Perwakilan Papua dan Papua Barat, Adolf F.T Simanjuntak mengaskan bahwa tak ada dampak secara signifikan terkait amuk massa di Papua dan Papua Barat  beberapa waktu lalu. Simanjuntak justru menyatakan kinerja industri keuangan di Papua dan Papua Barat masih bertumbuh.

“Secara umum kinerja industri keuangan menunjukan pertumbuhan dari Dana Pihak Ketiga (DPK) dan penyaluran kredit. Secara khusus di Kabupaten Wamena dan Jayapura, kinerja industri keuangan penghimpunan DPK dan kredit dinilai cukup tercermin dari penghimpunan DPK dan penyaluran kredit di Bank Papua Kantor Cabang Wamena dan Jayapura. Non Performing Loan (NPL) gross dan NPL net mengalami perbaikan,” ujarnya.

Menurutnya kejadian Wamena dan Jayapura hanya berdampak pada kerusakan fisik kantor lembaga jasa keuangan dgn perkiraan sebesar Rp3,53 miliar. Sementara potensi potensi kerugian debitur diperkirakan mencapai Rp41,07 miliar. (*)

Editor: Aryo Wisanggeni G