Papua No. 1 News Portal | Jubi
Jayapura, Jubi – Kepala Bidang Penanganan dan Pencegahan Penyakit, Dinas Kesehatan Provinsi Papua dr. Aaron mengatakan masih ada banyak pejabat tinggi di lingkungan Dinas Kesehatan Papua yang takut divaksin Covid-19.
“Saya tidak tahu, saya juga heran, kok bisa ya para pemimpin di Dinkes tidak vaksin,” katanya.
Menurut Aaron apabila ada pejabat tinggi di lingkungan Dinas Kesehatan Papua takut divaksin tentu hal itu akan mempengaruhi bawahannya, yaitu tenaga kesehatan serta masyarakat umum mengikuti sikapn mereka untuk tidak mau divaksin Covid-19.
“Nanti jika kabupaten kota nanya, ah kamu sendiri bos-bosnya banyak yang takut divaksin, terus apa kita pura-pura munafik,” ujarnya.
BACA JUGA: Percepat vaksinasi, Pemkot Jayapura libatkan tokoh agama
Data dari Dinas Kesehatan Provinsi Papua per 5 November 2021 mencatat sebanyak 643.309 vaksin dosis 1 dan sebanyak 461.387 untuk dosis 2 telah disuntikkan kepada penduduk Papua.
Aaron mengatakan saat ini Dinkes Papua fokus kepada para tokoh nonkesehatan yang bersedia divaksin. Dengan demikian maka vaksinasi Covid-19 di Papua dapat mencapai target sasaran sebanyak 2.583.771 jiwa yang tersebar di 29 kabupaten dan kota di Provinsi Papua.
“Kami tidak punya banyak uang, pemimpin internal kami yang takut divaksin, yang bisa kami lakukan adalah berbuat semampu kami,” katanya.
Menurut Aaron akan membuang energi saja jika fokus kepada pimpinan di Dinkes yang takut divaksin atau tidak mau divaksin. Sebab masalah vaksinasi sebenarnya masalah mental. Karena itu hanya orang sehat fisik, sehat mental, sehat spiritual, dan sehat sosial saja yang berani divaksin.
“Saya sudah divaksin empat kali, Sinovac tiga kali dan Moderna satu kali. Jadi kita akan fokus saja kepada tokoh-tokoh nonkesehatan yang berani divaksin maupun fokus saja kepada pimpinan Dinas Kesehatan yang berani divaksin,” ujarnya.
Untuk itu, kata dokter Aaron, lebih baik fokus kepada pemimpin yang berani untuk divaksin. Ia mencontohkan Bupati Tolikara sudah sebanyak dua kali disuntik Moderna, Bupati Lanny Jaya satu kali disuntik vaksin Moderna, dan Wakil Presiden GIDI satu kali disuntik Moderna.
“Banyak OAP dari pegunungan mau disuntik Moderna, itu buah dari jerih payah dan penghiburan,” katanya.
Selain itu, kata dokter Aaron, contoh lainnya Direktur RSUD Supiori memberikan15 butir telur bagi setiap orang yang mau disuntik Moderna. Ada juga dua hadiah sepeda, dua set gelas, dua setrika, dua rice cooker, dan lainnya yang akan diundi setelah tiga gelombang yang disuntik Moderna.
“Ada juga pemberian hadiah Rp500 ribu per orang bagi tiga orang nakes di Supiori yang mau suntik dosis pertama dengan vaksin Moderna, itu salah satu upaya dengan memakai uang pribadi,” ujarnya.
Dokter Dion, seorang petugas Kesehatan di Papua mengatakan bahwa petugas kesehatan yang melayani garda terdepan pelayanan kesehatan masyarakat seharusnya divaksin.
Ia bahkan sudah tiga disuntik vaksin Covid-19 dengan jenis vaksin moderna. Alasannya divaksin karena varian Delta dan kembali meningkatnya kasus Covid-19, sementara petugas kesehatan banyak yang mulai tumbang diserang gelombang kedua waktu itu.
“Makanya dengan senang hati saya mau divaksin ‘booster’ antibodi terhadap virus,” katanya. ‘Booster’ adalah vaksinasi ketiga dan seterusnya, setelah vaksinasi dosin 1 dan dosis 2 atau setelah vaksinasi lengkap.
Menurut Dokter Dion setelah disuntik dengan vaksin ‘booster’ gejalanya lengan bekas suntikan sakit tiga hari, kepala pusing, mual, dan demam selama dua hari. Ia lalu beristirahat, mengompres bekas suntikan, makan teratur supaya tidak semakin lemas, dan meminum obat penurun panas ketika diperlukan.
“Tapi setelah itu baik-baik saja sampai saat ini, sudah tiga bulan,” ujarnya.
Tenaga kesehatan lainnya, Dokter Monik mengatakan disuntik vaksin ‘booster’ pada 30 September 2021. Alasannya untuk memperkuat dosis vaksin yang diberikan sebelumnya dan juga untuk meningkatkan daya tahan tubuh terhadap Covid-19.
“Gejalanya ya timbul cuma nyeri dan bengkak di area suntikan saja,” katanya. (*)
Editor: Syofiardi