Papua No. 1 News Portal | Jubi
Sorong, Jubi – Sekitar 30 jurnalis dari Manokwari dan Kota Sorong di Provinsi Papua Barat dan Kota Jayapura di Provinsi Papua dilatih untuk membaca data. Pelatihan itu digelar Yayasan BaKTI di Kota Sorong, Papua Barat, Senin (28/2/2022).
Pelatihan itu menghadirkan sejumlah narasumber dari instansi Pemerintah Provinsi Papua Barat dan Pemerintah Provinsi Papua. Team Leader Communication KOMPAK-BaKTI, Caroline Tupamahu mengatakan pihaknya sudah beberapa kali menggelar kegiatan serupa.
Menurut Tupamahu, pelatihan itu dilakukan untuk menghubungkan jurnalis dan instansi pemerintahan, terutama dalam mengakses data pembangunan di dua provinsi ujung timur Indonesia itu. Pelatihan itu diharapkan dapat meningkatkan kemampuan jurnalis untuk menampilkan data dalam narasi dan visual untuk pemberitaan.
Baca juga: AJI dan FJPI kecam kekerasan seksual secara verbal terhadap wartawan Cepos
Saat ini, Pemerintah Provinsi Papua telah memiliki Sistem Informasi Orang Papua (SIO Papua) yang dijadikan basis data untuk merencanakan pembangunan. Pemerintah Provinsi Papua Barat juga memiliki database serupa yang disebut Sistem Administrasi dan Informasi Kampung Plus (SAIK+).
SIO Papua dan SAIK+ menyediakan informasi data kependudukan yang memilah Orang Asli Papua (OAP) dan non-OAP. Aplikasi SIO Papua dan SAIK+ itu dibangun pemerintah kedua provinsi bersama Program Landasan-BaKTI, dengan dukungan Pemerintah Australia lewat Program KOMPAK.
Database SIO Papua maupun SAIK+ telah digunakan dalam perencanaan pembangunan di beberapa kabupaten dampingan KOMPAK-BaKTI. Kedua database itu juga membantu pemerintah kedua provinsi melakukan perencanaan pembangunan dari tingkat kampung, khususnya dalam menyediakan pelayanan bagi Orang Asli Papua.
Baca juga: KPU Kota Jayapura gelar pelatihan jurnalistik
Pelatihan BaKTI diharapkan akan memperbanya pemberitaan tentang manfaat dan pemanfaatan database SIO Papua dan SAIK+. “Kita mendapat informasi dari teman-teman [jurnalis] bahwa mereka kesulitan mendapat data. Kita berharap hari ini teman-teman bisa mendapatkan data di pemerintahan, supaya [jurnalis] tidak hanya [memberitakan] bad news, tapi juga [memberitakan] good news,” katanya.
Ketua Harian Sekber Prospek Otonomi Khusus Papua Barat, Legius Wanimbo mengatakan, SAIK+ dapat diakses dan digunakan untuk membantu perencanaan pembangunan di tingkat kampung/kelurahan dan distrik hingga provinsi. “Kita berharap melalui SAIK+ ini perencanaan otsus betul-betul bernasis data,” ujar Wanimbo.
Perwakilan jurnalis dari Papua, Beatrix Ibo menyebut data penting dalam jurnalistik, karena data bisa menjadi salah satu pembeda antara karya jurnalistik dan informasi media sosial. “Data dapat mengkonter hoaks dan disrupsi informasi,” kata Ibo.
Baca juga: Jurnalis Papua diharapkan proaktif menyuarakan krisis iklim
Jurnalis yang biasa disapa Bebo itu berpandangan bahwa tulisan jurnalistik tidak akan lengkap jika tidak disertai dengan data sebagai pendukung. Dalam jurnalisme, data tidak hanya dalam bentuk angka dan gambar, tetapi juga dalam bentuk grafik dan diagram.
“Data dapat mendukung penjelasan dari sebuah tulisan. [Pengolahan] data penting untuk menyaring informasi yang terlalu banyak. Data dapat menjadi sebuah cara baru untuk menceritakan peristiwa,” katanya.
Bebo juga menceritakan kesulitan yang dialami para jurnalis dalam menerapkan jurnalisme data, seperti menarasikan atau menceritakan data yang rumit menjadi karya yang menarik. “Tidak semua jurnalis paham membaca data. Data di website resmi pemerintah juga sulit diakses dan tidak mutahir, dan tidak satu data,” ujarnya. (*)
Editor: Aryo Wisanggeni G